Bagaimana Keadaan Kesehatan Remaja Di Indonesia?

(Ditulis oleh NOVITA, mahasiswa S1 Kebidanan Universitas Indonesia Maju)

Pertumbuhan dan perkembangan yang pesat dari aspek fisik, emosi, intelektual, dan sosial pada masa remaja merupakan pola karakteristik yang ditunjukkan dengan rasa keingintahuan yang besar, keinginan untuk bereksperimen, berpetualang, dan mencoba bermacam tantangan, selain cenderung berani mengambil risiko tanpa pertimbangan matang terlebih dahulu. Ketersediaan akan akses terhadap informasi yang baik dan akurat, serta pengetahuan untuk memenuhi keingintahuan mempengaruhi keterampilan remaja dalam mengambil keputusan untuk berperilaku.

Remaja akan menjalani perilaku berisiko, bila keputusan yang diambil dalam menghadapi konflik tidak tepat dan selanjutnya menerima akibat yang harus ditanggung seumur hidupnya dalam berbagai bentuk masalah kesehatan fisis dan psikososial. Beberapa alasan mengapa program kesehatan remaja ini perlu diperhatikan antara lain disebabkan:

  1. Jumlah remaja di Indonesia lebih kurang 20% dari populasi;
  2. Remaja merupakan aset sekaligus investasi generasi mendatang;
  3. Upaya pemenuhan Hak Asasi Manusia;
  4. Untuk melindungi sumber daya manusia potensial.

Remaja menghadapi masalah kesehatan yang kompleks, walaupun selama ini diasumsikan sebagai kelompok yang sehat. Dari beberapa survei diketahui besaran masalah remaja, sebagaimana ditunjukkan oleh data berikut survei demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) menunjukkan 17% perempuan yang saat ini berusia 45-49 menikah pada usia 15 tahun. Sementara itu, terdapat peningkatan secara substansial pada usia perempuan pertama kali menikah. Perempuan usia 30-34 tahun yang menikah pada usia 15 tahun sebesar 9%, sedangkan perempuan usia 20-24 tahun yang menikah pada usia 15 tahun sebesar 4%.

Menurut survei kesehatan reproduksi remaja Indonesia (SKRRI), persentase perempuan dan lelaki yang tidak menikah, berusia 15-19 tahun merupakan:

  • Perokok aktif hingga saat ini: Perempuan: 0,7%; sedangkan lelaki: 47,0%.
  • Mantan peminum alkohol: Perempuan: 1,7%; dan lelaki: 15,6%.
  • Peminum alkohol aktif: perempuan: 3,7%; lelaki: 15,5 %.
  • Lelaki pengguna obat dengan cara dihisap: 2,3%; dihirup: 0,3 %; ditelan 1,3%.
  • Perempuan pertama kali pacaran pada usia <12 tahun: 5,5%; pada usia 12-14 tahun: 22,6%; usia 15-17 tahun: 39,5%; usia 18-19 tahun: 3,2%. Melakukan petting pada saat pacaran: 6,5%.
  • Lelaki pertama kali pacaran pada usia <12 tahun: 5,0%; usia 12-14 ytahun: 18,6%; usia 15- 17 tahun: 36,9%; usia 18-19 tahun: 3,2%. Melakukan petting saat pacaran: 19,2%.
  • Pengalaman seksual pada perempuan: 1,3%; lelaki: 3,7%.
  • Lelaki yang memiliki pengalaman seks untuk pertama kali pada usia: <15 tahun: 1,0%; usia 16 tahun: 0,8%; usia 17 tahun: 1,2%; usia 18 tahun: 0,5%; usia 19 tahun: 0,1%.
  • Alasan melakukan hubungan seksual pertama kali sebelum menikah pada remaja berusia 15-24 tahun ialah: Untuk perempuan alasan tertinggi adalah karena terjadi begitu saja (38,4%); dipaksa oleh pasangannya (21,2%). Sedangkan pada lelaki, alasan tertinggi ialah karena ingin tahu (51,3%); karena terjadi begitu saja (25,8%).
  • Delapan puluh empat orang (1%) dari responden pernah mengalami KTD (Kehamilan Tidak Diharapkan), 60% di antaranya mengalami atau melakukan aborsi.

Berdasarkan riset kesehatan dasar (Riskesdas), secara nasional persentase kebiasaan merokok penduduk Indonesia berumur >10 tahun sebesar 23,7%, lelaki 46,8%; dan perempuan: 3 %. Jika kebiasaan merokok ini dibagi menurut karakteristik usia responden, didapatkan data bahwa pada usia 10-14 tahun: 0,7%; usia 15-24 tahun: 17,3%. • Prevalensi penyakit asma, jantung, diabetes mellitus, dan tumor menurut karakteristik responden yang didiagnosis oleh tenaga kesehatan, yaitu: Umur 5-14 tahun: asma: 1,2%; jantung: 0,2%; diabetes mellitus: 0%; tumor 1,0%. Umur 15-24 tahun: asma: 1,2%; jantung: 0,3%; diabetes mellitus: 0,1%; tumor: 2,4%. Prevalensi penyakit asma, jantung, diabetes mellitus, dan tumor menurut karakteristik responden yang didiagnosis oleh tenaga kesehatan atau dengan gejala: Umur 5-14 tahun: asma: 2%, jantung: 2,2%, diabetes mellitus: 0%. Umur 15-24 tahun: asma 2,2%, jantung: 4,8%, diabetes mellitus: 0,4%.

Pemberian informasi dan edukasi perlu dilaksanakan di dalam atau di luar gedung, baik secara perorangan atau berkelompok. Dapat dilaksanakan oleh guru, pendidik sebaya yang terlatih dari sekolah, atau dari lintas sektor terkait dengan menggunakan materi dari (atau sepengetahuan) puskesmas. Menggunakan metoda ceramah tanya jawab, focus group discussion (FGD), diskusi interaktif, yang dilengkapi dengan alat bantu media cetak atau media elektronik (radio, email, dan telepon/hotline, SMS). Menggunakan sarana komunikasi informasi edukasi (KIE) yang lengkap, dengan bahasa yang sesuai dengan bahasa sasaran (remaja, orangtua, guru) dan mudah dimengerti. Khusus untuk remaja perlu diingat untuk bersikap tidak menggurui serta perlu bersikap santai.

Remaja bukanlah kelompok masyarakat yang tidak menghadapi masalah kesehatan. Perilaku berisiko yang dijalani akibat tidak tepatnya keputusan yang diambil pada masa remaja yang labil menghadapkan remaja kepada masalah kesehatan.

5 Comments

Add a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *