Masa Remaja (Adolescence), Usia Rentang dengan Kecemasan
(Ditulis oleh Sri Lestari, mahasiswa S1 Keperawatan – Universitas Indonesia Maju)
Masa remaja merupakan sebuah fase transisi dari anak-anak menjadi dewasa. Sebagai remaja tentunya akan banyak sekali perubahan yang kita alami, baik dalam perubahan fisik maupun perubahan dalam hormonal atau mental. Menjadi remaja yang akan melewati banyak hal baru dalam proses menjadi dewasa, kita akan merasakan berbagai macam perasaan seperti senang dan bergairah karena akan menemukan hal-hal baru atau malah merasakan kecemasan yang membuat hari-hari menjadi terasa kelabu.
Kecemasan atau yang biasa kita kenal dengan sebutan anxiety merupakan suatu perasaan tidak menyenangkan yang timbul sebagai respons dari situasi berbahaya atau ancaman yang tidak nyata. Perasaan cemas sebenarnya perasaan yang normal untuk dirasakan. Namun, beberapa remaja sering kali merasakan perasaan cemas yang berlebihan karena terjadi perubahan yang signifikan di dalam kehidupannya. Hal itu membuat para remaja memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi di kemudian hari. Jika rasa cemas berlebih ini terjadi secara berulang, maka bisa jadi menandakan bahwa adanya gangguan kecemasan pada remaja. Kecemasan dan kegelisahan sebenarnya merupakan emosi yang wajar dialami. Namun, jika kondisi itu bisa disebut tidak normal jika sampai mengganggu aktivitas sehari-hari.
Gangguan kecemasan (anxiety) ditandai dengan rasa khawatir dan takut berlebihan sehingga seseorang sulit berkonsentrasi, susah tidur, hingga merasakan gejala fisik seperti mual atau gemetaran. Gangguan tersebut memang lebih banyak dialami orang dewasa karena kompleksitas masalah hidup yang dihadapinya. Namun, pada remaja ternyata angkanya juga terus meningkat. Menurut data National Institute of Health Amerika Serikat, sekitar 20 persen remaja berusia 13-18 tahun mengalami gangguan cemas.
Faktor Penyebab Anxiety pada Remaja
Ada beberapa faktor yang menyebabkan gangguan cemas itu dialami anak remaja. Selain faktor genetik, zat kimia di otak, kepribadian, dan kejadian besar dalam hidup, setidaknya faktor ini juga berpengaruh:
- Tuntutan Sukses
Tekanan dan harapan yang tinggi untuk mencapai kesuksesan dari lingkungan ternyata membuat banyak remaja merasa cemas. Menurut sebuah penelitian pada mahasiswa baru terungkap bahwa mayoritas merasa kewalahan dengan banyaknya daftar yang harus mereka lakukan untuk mencapai sukses. - Lingkungan yang tidak aman
Kriminalitas yang terjadi di lingkungan sekitar juga membuat mereka merasa tidak aman. Walau tidak mengalami sendiri, namun pemberitaan mengenai kejahatan yang terjadi membuat mereka takut berada di ruang publik. - Media sosial
Anak-anak dan remaja di era teknologi ini selalu terhubung dengan media sosial. Tak mengherankan jika kepercayaan diri mereka dipengaruhi oleh respon dari media sosial. Sulit bagi mereka untuk tidak membandingkan kehidupannya dengan orang yang mereka lihat di media sosial.
Perasaan cemas, gelisah, dan panik, tersebut bisa memicu masalah mental seperti depresi, penggunaan narkoba dan alkohol, bahkan bunuh diri. Pada tahap awal, remaja akan mengalami kesulitan untuk fokus dan belajar sehingga kehidupan sekolah mereka terganggu. Untuk mengetahui tanda-tanda atau gejala yang timbul, tentunya kita juga harus memahami jenis-jenis gangguan kecemasan itu sendiri karena tentunya gejala yang ditimbulkan akan berbeda.
- Gangguan Kecemasan Umum (Generalized Anxiety Disorder/ GAD)
Dikatakan bahwa penderita mengidap gangguan kecemasan umum apabila diri kita telah merasakan rasa cemas atau rasa takut yang berlebihan dengan disertai gejala lainnya selama sekurang-kurangnya 6 bulan lamanya. Kemudian, kita juga akan sering merasakan jantung berdebar-debar, berkurangnya nafsu makan, kesulitan untuk tidur/insomnia, mudah merasa lelah, sesak napas, dan sulit mengendalikan emosi. Selain itu, sebagai remaja penderita GAD, kita akan kehilangan fokus dan membuat aktivitas terganggu dan membuat diri kita menjadi pribadi yang tidak bersemangat dan murung. - Gangguan Panik (Panic Disorder)
Sebagai remaja dengan gangguan panik, biasanya kita akan sering mengalami serangan panik (panic attack) tanpa adanya alasan yang jelas secara berulang. Gangguan ini biasanya muncul dengan frekuensi dan tingkat keparahan yang bervariasi selama 10-30 menit atau bahkan lebih. Kita akan dengan tiba-tiba merasakan gemetar pada tubuh, berkeringat, sesak napas, timbul nyeri pada bagian perut/ mual, merasa tidak berdaya, dan merasakan gelisah yang berlebihan. Biasanya, serangan panik akan terjadi saat kita sedang merasa sendirian. Namun, serangan panik ini bisa terjadi bahkan disaat kita tengah melakukan aktivitas. - Gangguan Kecemasan Sosial (Social Anxiety Disorder)
Gangguan kecemasan sosial biasa disebut juga sebagai fobia sosial merupakan kondisi dimana kita mendapatkan kekhawatiran dan rasa takut berlebih saat akan atau berada di lingkungan baru, serta saat berada di tengah keramaian. Kita akan lebih memilih untuk menjauhi keramaian dan menghindari interaksi dengan orang lain karena selalu merasa seperti akan dipermalukan ataupun dikucilkan di depan banyak orang. Gejala yang akan kita rasakan antara lain: jantung berdebar, berkeringat, otot menjadi tegang, merasa mual, sesak napas, enggan untuk berbicara di hadapan banyak orang, dan merasa takut untuk dikritik.
Halhal tersebut tentunya akan sangat mengganggu produktivitas diri. Selain itu, karena adanya gangguan ini tentunya kita juga kesulitan untuk bersosialisasi dan mendapatkan teman sehingga kita akan menjadi pribadi penyendiri dan pendiam karena perasaan cemas yang berlebihan. Ketakutan, kekhawatiran dan kegelisahan yang tidak beralasan pada akhirnya menghadirkan kecemasan, dan kecemasan ini tentu akan berdampak pada perubahan perilaku seperti, menarik diri dari lingkungan, sulit fokus dalam beraktivitas, susah makan, mudah tersinggung, rendahnya pengendalian emosi amarah, sensitif, tidak logis, susah tidur.
Beberapa dampak dari kecemasan dibagi ke dalam beberapa simtom, antara lain:
a. Simtom Suasana Hati
Individu yang mengalami kecemasan memiliki perasaan akan adanya Hukuman dan bencana yang mengancam dari suatu sumber tertentu yang tidak diketahui. Orang yang mengalami kecemasan tidak bisa tidur, dan dengan demikian dapat menyebabkan sifat mudah marah.
b. Simtom Kognitif
Simtom kognitif yaitu kecemasan dapat menyebabkan kekhawatiran dan keprihatinan pada individu mengenai hal yang tidak menyenangkan yang mungkin Terjadi. Individu tersebut tidak memperhatikan masalah yang ada, sehingga individu sering tidak bekerja atau belajar secara efektif, dan akhirnya akan menjadi lebih merasa cemas.
c. Simtom Motor
Orang-orang yang mengalami kecemasan sering merasa tidak tenang, gugup, kegiatan motorik menjadi tanpa arti dan tujuan, misalnya jari kaki mengetuk-ngetuk, dan sangat kaget terhadap suara yang terjadi secara tiba-tiba. Simtom motor merupakan gambaran rangsangan kognitif yang tinggi pada individu dan merupakan usaha untuk melindungi dirinya dari apa saja yang dirasanya mengancam.
Sebagian besar remaja tentunya ingin mencoba hal-hal baru dan terkadang tanpa sadar menimbulkan risiko terjadinya gangguan kecemasan. Hidup sehat menjadi salah satu hal yang dapat menghindarkan seseorang terkena gangguan kecemasan. Selain itu, rutin mengonsumsi air putih dan melakukan aktivitas fisik seperti olahraga juga dapat membantu tubuh kita menjadi lebih sehat. Dengan tubuh yang sehat, pikiran-pikiran positif akan timbul dan tentunya akan memberikan dampak yang baik bagi kesehatan fisik maupun mental.
Melakukan meditasi dan berendam dengan air panas juga dapat dilakukan untuk membuat tubuh dan pikiran kita menjadi lebih rileks. Kemudian, membiasakan diri untuk menuangkan isi pikiran dengan bercerita kepada teman, keluarga, kerabat terdekat atau orang yang dipercaya. Dengan berbagi cerita, tentunya kita akan merasa lebih tenang dan tidak lagi merasakan kesendirian.
Terakhir, jangan pernah melakukan self-diagnose dan merasa ragu untuk mendatangi tenaga ahli terkait seperti psikolog dan psikiater untuk mendapatkan bantuan apabila merasakan gejala-gejala seperti yang sudah kita ketahui di atas.