Dampak Pandemi Covid-19 terhadap Kesehatan Mental pada Anak-Anak dan Remaja
SEHATKU – COVID-19 atau virus corona merupakan virus yang akhir – akhir ini sedang ramai diperbincangkan, karena sangat besar bagi semua orang. Virus ini bisa menyebabkan gangguan pada sistem pernafasan, pneumonia akut, sampai kematian. Corona Virus Disease 2019 telah menciptakan tantangan yang tak pernah terbayangkan bagi anak-anak, remaja, dan keluarga mereka di seluruh dunia. Virus yang pertama kali diidentifikasi di Wuhan, China pada Desember 2019 lalu, telah menyebabkan 23.440.774 kasus Covid-19 di Amerika Serikat (per 16 Januari 2021) dan telah menyebabkan lebih dari 390.938 total kematian di AS.
Dengan dilakukan penutupan sekolah yang serba mendadak, bisnis yang sedang dikerjakan terpaksa untuk berhenti karena pandemi ini memberikan efek yang signifikan kepada para keluarga, pendapatan uang terhadap pedagang di jalanan yang berkurang, dan banyak orang yang kehilangan pekerjaan karena pendapatan yang diterima tidak sebaik dulu, atau karena diharuskan untuk memperkecil ruang agar tidak terjadi banyak korban yang terdampak Covid – 19 ini. sebenarnya lebih beresiko terhadap ibu hamil, lanjut usia, orang dengan penyakit tertentu, dan memiliki sistem imun yang lemah. Virus corona jenis baru ini memiliki tingkat penularan yang tinggi sehingga telah menyebar secara global di negara – negara lain termasuk Indonesia.
Keseharian anak – anak dan remaja pun secara signifikan akan terganggu dengan adanya pandemi COVID-19 ini, yang akhirnya dapat memicu stres. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya laporan tentang memburuknya kesehatan mental pada anak – anak dan remaja. Sebuah penelitian di AS terhadap 1000 orang tua dengan setidaknya 1 anak di bawah usia 18 tahun menemukan bahwa 14,3% orang tua melaporkan mengamati memburuknya kesehatan perilaku anak sekarang ini. berdasarkan skrining yang dilakukan Hill dan rekannya di sebuah departemen gawat darurat rumah sakit besar US, persentase keinginan dan percobaan bunuh diri pada bulan maret hingga juli pada tahun 2020 terjadi peningkatan, dibandingkan dengan bulan yang sama pada tahun 2019. Selain itu, kunjungan layanan kesehatan mental pada anak usia 5-11 tahun juga meningkat.
Banyak faktor yang dinyatakan berkontribusi pada kemunculan gejala gangguan kesehatan mental. Penelitian menunjukan bahwa isolasi sosial dan perasaan kesepian meningkatkan risiko depresi dan kecemasan, di mana durasi perasaan kesepian ini memiliki dampak paling besar terhadap kesehatan mental anak – anak. Penggunaan telepon genggam dan internet juga meningkat selama pandemi COVID-19, di mana penggunaan yang berlebihan pada anak – anak dan remaja dinyatakan berkaitan dengan meningkatkan depresi. Selain penggunaan internet, kurangnya aktivitas fisik yang dilakukan dapat meningkatkan depresi dan kecemasan. Kekhawatiran terhadap dampak negatif yang signifikan dari perilaku menetap terhadap kesehatan mental anak – anak, mencatat bahwa kegiatan bermain anak – anak sangat penting dalam perkembangan anak.
Untuk beberapa hal, anak – anak dan remaja memang menghadapi berabagai kehilangan dalam kasus pandemi COVID-19 ini. mereka tidak bisa pergi ke sekolah, bertemu teman atau berolahraga bersama teman, dan mereka juga harus melewatkan acara berkumpul dengan keluarga, melewatkan acara pesta ulang tahun, dan mungkin mereka harus melewatkan upacara kesusulan. Padahal kegiatan rutin sederhana tersebut sangat bermanfaat bagi anak-anak yang lain untuk bisa membantu mereka merasa aman. Hilangnya rutinitas ini pun menyebabkan kecemasan, kesedihan dan ketakutan bagi diri mereka. Sedangkan untuk remaja, hubungan sosial adalah bagian terpenting untuk masa pertumbuhannya. Keharusan untuk menjaga jarak fisik serta kehilangan interaksi sosial reguler dengan teman –teman sebaya dapat menimbulkan serangkaian emosi dan reaksi yang negatif.
Selain hilangnya aktivitas sosial, banyak anak juga harus berurusan dengan kehilangan anggota keluarganya, karena pandemi COVID-19 banyak menggerut nyawa manusia. Untuk itu masalah kesehatan mental terhadap anak-anak dan remaja harus segera mendapatkan bantuan untuk mencegah terjadinya masalah kesehatan mental yang lebih serius. Untuk itu berarti menandakan bahwa dampak kesehatan mental pada pandemi COVID-19 ini makin terasa adanya. Kedepannya untuk kebutuhan akan layanan kesehatan mental bagi anak-anak dan remaja harus terus meningkat. Dan juga peningkatan akses finansial dan asuransi akan menjadi esensial, termasuk pemerataan pengembangan layanan kesehatan mental. Karena itu kita sebagai orang tua, pengasuh, atau pendidik, kita dapat membantu dan mengajari anak-anak dan remaja agar mereka bisa untuk keluar dari pandemi COVID-19 dengan kesehatan mental yang baik.
(Ditulis oleh WAFDA NUR AZIZAH, mahasiswi Prodi S1 Farmasi – Universitas Indonesia Maju)