Teknologi Bedah Robotik di Era Modernisasi

Di masa sekarang teknologi menjadi sangat penting untuk meningkatkan pelayanan kesehatan dan kedokteran. Bedah robotik, juga disebut bedah berbentuk robot. Bedah robotik adalah bentuk dari perkembangan teknologi kedokteran yang menggunakan sistem robot untuk membantu proses pembedahan. Bedah robotik memungkinkan dokter melakukan banyak jenis prosedural kompleks dengan lebih fleksibel dan terkontrol daripada yang mungkinkan dilakukan dengan teknik konvensional.

Operasi robotik sering dikaitkan operasi invasif minimal prosedur yang dilakukan melalui sayatan kecil. Terkadang juga digunakan dalam prosedur bedah terbuka tradisional tertentu. Sistem bedah robotik klinis yang paling banyak digunakan mencakup lengan kamera dan lengan mekanis dengan instrumen bedah yang terpasang pada robot tersebut.

Ahli bedah akan mengontrol lengan sambil duduk di konsol komputer di depan meja operasi. Konsol akan memberikan tampilan definisi tinggi, diperbesar, 3D di sistem komputer. Ahli bedah akan memimpin anggota tim lain yang membantu selama operasi berlangsung. Proses bedah robotik di Indonesia telah dilakukan sejak tahun 2012 dan terus dikembangkan hingga sekarang.

Bedah robot menggunakan instrumen dari baja. Gerakan yang dilakukan robot lebih terkendali dan stabil dibandingkan dengan tangan manusia. Pada dasarnya tahapan operasi bedah robotik tidak jauh berbeda dengan tindakan laparaskopi konvensional. Pasien akan dilakukan pembiusan umum terlebih dahulu, sayatan kurang lebih 0,5-1 cm di 4 titik yang sudah ditentukan para ahli bedah. Kemudian lengan robot dipasangkan di titik tersebut, ahli bedah akan mengendalikan ruang console. Efek samping metode pembedahan dengan menggunakan robot sangat minimal. 

Perbedaan Bedah Laparaskopi Konvensional dan Bedah Robotik

No           Laparskopi Konvensional                          Bedah Robotik
1Penglihatan 2 dimensi atas lapangan pada layar monotor mengganggu persepsi kedalamanSistem ‘binocular’ dan polarizing filters’ menciptakan penglihatan 3 dimensi atas lapangan operasi
2Gerakan yang dihasilkan dapat bersifat ‘counteriuntuitive’( bila menggunakan instumen ke kanan akan tampak seperti kekiri akibat ‘mirror -image effect’)Gerakan yang dihasilkan sifatnya intuitive’ (bila menggerakkan instrumen ke kanan juga akan menghasilkan gerakan ke kanan pada layar monitor)
3Kamera yang di pegang asisten tidak stabilAhli bedah mengontrol kamera yang dijaga pada posisinya oleh lengan robotik, sehingga pembedahan bisa ‘solo’ 
4Berkurang derajat kebebasan gerak dari instrumen laparaskopi yang lurusPergelangan mikro di dekatkan ujung instrumen menyerupai gerakan pergelangan tangan manusia
5Ahli bedah terpaksa mengadopsi postur tubuh yang tidak nyaman selama operasiErgonomic operatifnya superior: Ahli bedah duduk dengan nyaman di ‘master console’
6Lerning curve yang panjangLerning curve yang pendek

Mengapa Bedah Robotik Menjadi Suatu Pilihan?

Ahli bedah yang menggunakan sistem robotik menemukan bahwa prosedur sistem ini meningkatkan presisi, fleksibilitas, dan kontrol selama operasi dan memungkinkan tim operasi utuk melihat lokasi dengan lebih baik, dibandingkan dengan teknik tradisional. Dengan menggunakan operasi robotik, ahli bedah dapat melakukan prosedur yang rumit, sulit atau tidak memungkinkan dilakukan dengan metode lain. Tujuan dari bedah robotik memungkinkan operasi invasif minimal.

Keuntungan utama dari operasi robotik adalah:

  • Lebih presisi, sedikit komplikasi
  • Sayatan yang lebih kecil
  • Mengurangi kehilangan darah
  • Waktu penyembuhan
  • Angka kesakitan lebih rendah
  • Kepuasan terhadap hasil operasi tinggi

Resiko Bedah Robotik

Operasi robotik memiliki resiko, beberapa di antaranya mungkin mirip dengan resiko operasi terbuka konvensional, seperti rendah terkena infeksi dan komplikasi lain.

Bidang Ilmu yang Menggunakan Bedah Robotik

Ginekologi

Dalam ilmu ginekologi pendekatan bedah laparaskopi dengan bantuan robot meningkatkan operasi ginekologi yang kompleks yaitu memiliki keunggulan visualisasi yang sangat baik. Mirip dengan operasi laparaskopi konvensional, bedah robotik dapat penurunan morbiditas bedah jangka panjang, pemulihan dini dan kembali bekerja dan peningkatan estetika. Bedah dengan bantuan robot telah di gunakan untuk pasien kanker endometrium dan menghasilkan peningkatan penggunaan bedah invasif minimal dengan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan laparatomi dan laparaskopi.

Untuk kanker servik dini, histerektomi radikal robotik tampaknya aman dan layak lebih disukai daripada laparatomi. Saat tindakan berlangsung Limfosit, limfokel dan limfedema lebih banyak ditemukan pada pembedahan robotik. Di Amerika, sterilisasi dianggap suatu metode kontrasepsi yang paling umum digunakan. Namun ada beberapa pasien yang berubah pikiran dan ingin melakukan reanastomosis tuba atau pembalikan tuba setelah dilakukan sterilisas. Sampai saat ini, prosedur modern dilakukan dengan melakukan eksisi segmen tuba dan reanastomosisi dengan laparaskopi transabdominal.

Selain itu IVF dilakukan untuk memotong fungsi tuba dalam kesuburan. Dalam kasus Miomektomi yang di lakukan dengan laparaskopi mempunyai resiko perlengketan pasca operasi. Dengan melakukan pembedahan dengan menggunakan robot dapat mempermudah kesulitan dan keterbatasan yang di jumpai pada teknik miomektomi laparaskopi konvensional.

Urologi

Jenis operasi yang dapat di lakukan dengan alat robotik adalah: radikal prostatektomi (umumnya tranperitoneal), pyeloplasti, nefrektomi, donor nefrektomi, adrenalektomi, sistektomi dan reimplantasi ureter.

Bedah Jantung dan Toraks

Atrial, revaskularisasi jantung melalui anastomosis arteri mammaria interna dengan operasi repair katup mitral, penutup defek septum left anterior descending artery.

Selain jenis bedah di atas, diantaranya juga yang telah menerapkan bedah robotik yaitu: bedah onkologi, operasi keganasan mammae dan tiroid, bedah telinga hidung tenggorokan (THT), Transoral bedah robotik (TORS) telah banyak dilakukan untuk operasi keganasan lidah dan tonsil, Bedah Digestif, Gastrektomi, gastric bypass, reseksi kolon, herniorafi, appendiktomi, reseksi pancreas, hepato billiary surgery dan bedah intra rectal.

Diharapkan dengan diperkenalkannya teknologi baru hendaknya fasilitas kesehatan melakukan tindakan bedah robotik dengan standarisasi yang baik.  Konsultasikan dengan dokter anda tentang manfaat dan resiko bedah robotik dan bagaimana perbandingannya dengan teknik lainnya yaitu bedah terbuka konvesional.

(Ditulis oleh: KASTURI ANDAYANI, mahasiswi Prodi S1 Terapan Kebidanan Universitas Indonesia Maju)

One Comment

Add a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *